CNN Mandiri Indonesia

CNNMandiri situs prediksi togel jitu dari rumus togel terakurat seperti togel singapura, togel hk, prediksi togel sidney, dan angka togel sgp.

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

29 Okt 2018

Seks oral berisiko picu kanker pada laki-laki

 Seks oral berisiko picu kanker pada laki-laki

Majalah Mata Indonesia - Laki-laki yang punya lima atau lebih pasangan seks oral paling berisiko alami kanker yang berhubungan dengan HPV, seperti kanker kepala dan leher, demikian menurut sebuah studi baru.

Sementara tingkat diagnosisnya saat ini masih rendah--hanya memengaruhi 0,7 persen populasi laki-laki--periset di Johns Hopkins memperingatkan laki-laki mungkin tidak sadar bahwa mereka memiliki risiko jauh lebih tinggi daripada perempuan, Togel Hongkong terutama jika mereka adalah perokok.

Penelitian yang dirilis (20/10) ini adalah bukti terbaru yang menunjukkan bahwa anak laki-laki sama halnya seperti perempuan, membutuhkan vaksin HPV. Dalam beberapa kasus, justru lebih mendesak bagi laki-laki.

Ketika vaksin HPV pertama kali diluncurkan, vaksin ini hanya diberikan kepada perempuan usia remaja untuk melindungi mereka dari kanker serviks HPV.

Namun, data menunjukkan kejadian kanker orofaring--kanker tenggorok di belakang rongga mulut--akan menyalip kanker serviks di AS pada tahun 2020. Dan laki-laki yang aktif secara seksual memiliki risiko tinggi.

Ada lebih dari 100 jenis HPV. Namun, hanya sedikit yang diketahui menyebabkan kanker.
Strain HPV 16 dan 18 telah diketahui memicu sebagian besar kanker serviks, dan HPV16 juga menyebabkan sebagian besar kasus kanker orofaring.

Namun, makalah baru yang diterbitkan dalam jurnal kanker terkemuka Annals of Oncology, mengungkap bahwa sekarang kita perlu melangkah lebih jauh: kita dapat mengurangi tingkat kanker terkait HPV jika bisa mengidentifikasi siapa yang paling berisiko dan mengapa.

"Untuk alasan ini, akan sangat berguna untuk dapat mengidentifikasi orang sehat yang paling berisiko terkena kanker orofaring untuk menginformasikan strategi pemindaian potensial, jika tes pemindaian yang efektif dapat dikembangkan," ujar kepala penulis riset Dr Amber D'Souza, profesor di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.

"Kebanyakan orang melakukan seks oral, dan kami menemukan bahwa infeksi mulut dengan HPV penyebab kanker jarang terjadi pada perempuan terlepas dari berapa banyak pasangan seks oral yang mereka miliki," tulis para peneliti dalam laporan riset.


Peneliti menemukan, di antara laki-laki yang tidak merokok, HPV oral penyebab kanker jarang ditemukan di antara semua orang yang memiliki kurang dari lima pasangan seks oral. Walaupun kemungkinan infeksi HPV oral meningkat seiring dengan jumlah pasangan seks oral, dan dengan kebiasaan merokok.

Para peneliti menganalisis data dari 13.089 orang berusia antara 20 dan 69 tahun yang merupakan bagian dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) dan telah diuji HPV oral.

Mereka kemudian membandingkan data tersebut dengan angka federal mengenai diagnosis kanker orofaring dan kematian untuk memprediksi risiko kanker akibat HPV oral.

Para peneliti juga secara khusus menyelidiki jumlah kasus baru kanker sel skuamosa orofaring (OSCC), jenis kanker orofaring yang paling umum.

Mereka menemukan bahwa perempuan memiliki risiko rendah terkena infeksi HPV oral dari seks oral pada umumnya, terlepas dari jumlah pasangan seksual mereka.

Perempuan yang pernah memiliki satu atau beberapa pasangan seks oral memiliki tingkat HPV oral penyebab kanker paling rendah--yang memengaruhi 1,8 persen perokok dan 0,5 persen non-perokok. Jika perempuan memiliki dua atau lebih pasangan seks oral dalam hidup mereka, tingkat infeksi meningkat sedikit menjadi 1,5 persen.

Sementara pada laki-laki, kelompok risiko terendah adalah pada mereka yang non-perokok, tidak pernah melakukan seks oral. Tingkat risikonya 1,5 persen.

Prevalensi meningkat menjadi empat persen di antara laki-laki non-perokok dengan dua sampai empat pasangan seks oral. Bagi pria yang merokok dan memiliki dua sampai empat pasangan seks oral, tingkat risikonya adalah 7,1 persen.

Bahkan lebih tinggi lagi di kalangan pria bukan perokok yang memiliki lima atau lebih pasangan seks oral, 7,4 persen. Prevalensi infeksi tertinggi, 15 persen ada pada pria yang merokok dan memiliki lima atau lebih pasangan seks oral.

Dr Carole Fakhry, rekan profesor di Departemen Otolaringologi--bedah kepala dan leher--yang juga penulis penelitian ini, mengatakan, "Saat ini tidak ada tes yang dapat digunakan untuk memindai orang untuk kanker orofaring."

Dr Fakhry menjelaskan bahwa ini adalah kanker langka dan bagi kebanyakan orang sehat, bahaya pemindaian untuk memeriksanya akan lebih besar daripada manfaatnya. Sebab, hasil tes positif yang palsu akan memicu kecemasan sebagai efeknya.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa mengidentifikasi orang-orang yang memiliki infeksi HPV oral tidak memprediksi dengan baik risiko kanker pada masa yang akan datang, dan karena itu pemindaian berdasarkan deteksi infeksi HPV oral penyebab kanker akan menjadi tantangan," papar Dr Fakhry.

Pun demikian peneliti akan melanjutkan riset lebih lanjut tentang infeksi HPV oral pada laki-laki muda sehat untuk mengeksplorasi ini lebih jauh.

Menurut para peneliti, riset lain juga dilakukan pada penanda biologis yang berbeda, dan mungkin beberapa di antaranya dapat digunakan untuk pemindaian kanker orofaring bagi sebagian orang pada masa yang akan datang.

"Misalnya, hasilnya mungkin berguna pada laki-laki tapi tidak pada perempuan karena risiko kanker mereka lebih rendah. Beberapa studi menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki antibodi terhadap HPV penyebab kanker menyebabkan risiko kanker terkait HPV meningkat, namun antibodi ini sangat jarang terjadi," tulis para peneliti.

Oleh karena itu, belum jelas apakah mereka akan berguna untuk pemindaian. Saat ini, tes ini tidak tersedia secara komersial, masih terbatas dalam laboratorium penelitian saja.


 
  
     

  
     
  

Post Top Ad

Your Ad Spot